Menurutnya, realita yang terjadi sekarang, ada 3 golongan manusia. Ia mengklasifikannya yaitu pertama golongan manusia yang pintar namun orang pintar yang hanya mengenakan nafsu dan pikiran.
Kedua, orang bijak yang mana disamping hawa nafsu yang terus menginginkan tapi hati nurani masih memikirkan. Ketiga, orang arif yang dianalogikan "aku pingin makan hari ini tapi ikan itu datang sendiri".
"Bagiamana caranya kita menjadi seperti itu, apakah kita hanya menginginkan jadi orang pintar? Tentu tidak! Dari fenomena yang ada kita harus bijak menilai, kita harus mampu membawa insan yang polistis. Caranya bagaimana? akrimu aula dakum, mulyakanlah anak-anakmu dan perbaiki akhlak mereka," jelasnya.
Menelaah hadits riwayat Ibnu Majah tersebut, Asnawi turut berpesan bahwa adab merupakan yang pertama sebelum ilmu.
"Bahwa sesungguhnya yang harus dibekali pada anak kita bukan ilmu dulu, tetapi adab lah yang harus didahulukan, akhlak juga. Maka dari itu kita akan membawa anak-anak kita yang punya adab dan akhlak baik," paparnya.
Di era modern ini adab merupakan sesuatu hal yang teramat penting, ditambah lagi dengan tantangan globalisasi.
"Bisa jadi mereka pintar, tapi bagaimana dengan akhlak dan adabnya? Di zaman sekarang ini adab sudah mulai hilang, sudah mulai terkikis, semua itu karena banyak faktor terutama faktor digital, bagaimana itu anak-anak sekarang bisa terganggu," jelas Asnawi.
Asnawi menambahkan konsep intelektualitas dalam dunia pendidikan yang formal ada empat. Pertama meningkatkan kognisinya (ilmu pengetahuan), yang kedua bagaimana anak didik afeksinya meningkat (perilaku/sikap meningkat), yang ketiga fungsi psikomotorik (minat/bakat harus digali) , yang keempat spiritualitas karena dengan meningkatkannya spirualitas anak akan mampu menjadi karakter yang baik.