Penyelenggaraan Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2024: Jalin Kolaborasi Budaya dan Industri Kreatif

- 8 Juni 2024, 18:39 WIB
Penyelenggaraan Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2024
Penyelenggaraan Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2024 /PR Jatim/

PR JATIM – Konsul Jenderal Australia Sementara di Surabaya, Anthea Griffin, menyatakan bahwa penyelenggaraan Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2024 merupakan acara tahunan yang selalu menampilkan film-film yang berbeda dan menarik setiap tahunnya. Dalam sambutannya pada pembukaan FSAI 2024 di XXI Ciputra World Surabaya, Griffin menekankan bahwa festival ini merupakan salah satu cara untuk membina hubungan yang langgeng dan mendorong kolaborasi antara industri kreatif Australia dan Indonesia.

Pihaknya memperkenalkan budaya dan nilai-nilai Australia melalui film, serta mengekspos keahlian kreatif dan teknis Australia dalam industri film. "Kami berusaha memperkenalkan budaya kami dan menunjukkan keahlian industri film Australia," kata Griffin.

Tahun ini, FSAI juga menampilkan film hasil kolaborasi Indonesia-Australia seperti "Petualangan Sherina". Griffin menjelaskan bahwa salah satu produser film tersebut, Mira Lesmana, adalah alumni dari Australia, menandakan contoh kolaborasi film yang hebat antara kedua negara. "Kami mencoba menemukan film Indonesia yang memiliki hubungan dengan Australia. Mira Lesmana pernah belajar di Australia, ini adalah contoh kolaborasi yang sangat baik," tambahnya.

Baca Juga: Tak Hanya Pinggiran, SDN di Kota Madiun yang Kekurangan Siswa Meski Sudah Buka Kuota Khusus Begini Kata Dindik

Griffin menyebut bahwa tidak ada tema khusus dalam FSAI 2024, namun di Surabaya akan ditayangkan empat film, yakni tiga film dari Australia dan satu film dari Indonesia dengan genre yang variatif untuk menarik minat penonton. “Kami tidak memiliki target tertentu, hanya mencoba menjaring audiens seluas mungkin. Makanya banyak film yang dihadirkan,” ujarnya.

Selain "Petualangan Sherina", Griffin juga memperkenalkan film "I am Woman" yang didasarkan pada kisah nyata. Film ini menggunakan nama karakter utama yang sama dengan tokoh nyata yang menginspirasi cerita tersebut. Dalam pembukaan festival ini, pelajar di bidang film, sineas muda, serta berbagai profesional diundang untuk menonton film "Blueblack" yang mengambil latar di kawasan Australia Barat. "Film ini memiliki pesan yang sangat luar biasa, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga bagi semua orang tentang pentingnya menjaga lingkungan dan keindahan laut bersama-sama," jelasnya.

Menurut Griffin, tren film yang ditampilkan menggambarkan budaya asli Australia dan tidak berusaha meniru budaya film populer lainnya seperti Hollywood. Dia juga mencatat bahwa film horor menjadi salah satu genre dengan peminat terbanyak di Indonesia saat ini. “Aku tahu yang paling populer film horor, orang Indonesia menyukai film horor. Saya senang bisa menghadirkan itu besok. Genre lainnya bervariasi untuk memenuhi selera penonton lainnya,” sebutnya.

Baca Juga: Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati Pesan Soal VUCA bagi Gen Z MA Bustanul Hidayah, Ini Kata Akademisi

Dalam penyelenggaraan festival ini, Pemerintah Indonesia dan Australia mendorong kolaborasi di bidang seni dan industri kreatif. Kegiatan ini juga menjadi wadah bagi peserta untuk membangun jaringan koneksi dalam komunitas film Australia, meningkatkan kerjasama antar sektor kreatif untuk kolaborasi di masa mendatang. “Salah satu cara kami membuka peluang untuk belajar di Australia adalah melalui kursus singkat mengenai produksi film, serta memberikan pelatihan bagi pembuat film di Indonesia,” tambah Griffin.

Halaman:

Editor: Budi W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah