Bank Indonesia Diprediksi Pertahankan Suku Bunga Acuan Menyusul Rapat Dewan Gubernur

20 Juni 2024, 14:07 WIB
IlustrasI. BI ungkap momen puncak peredaran uang. /Pixabay/EmAji /

PR JATIM - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya, BI Rate, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir hari ini.

Konsensus dari 33 ekonom yang diwawancarai oleh Bloomberg menunjukkan bahwa 31 ekonom meyakini BI akan mempertahankan BI Rate pada levelnya saat ini, yaitu 6,25%.

Meskipun demikian, dua ekonom lainnya, yaitu Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian dan Ekonom Senior Nomura Singapore Euben Paracuelles, memprediksi adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6,5%.

Baca Juga: Rupiah Melemah Drastis: Tercatat Sebagai Salah Satu Mata Uang Terlemah di Asia

David E. Sumual, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk., yang termasuk dalam kelompok yang memprediksi pertahannya BI Rate, menyatakan bahwa meskipun rupiah mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir, kondisinya saat ini terbilang stabil.

Menurutnya, nilai tukar rupiah pada ekuilibrium fundamentalnya sekitar Rp16.000 per dolar AS, namun dinamis tergantung pada faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pasar.

Josua Pardede, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk., juga mengamini bahwa keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan akan menjadi pilihan yang masuk akal.

Baca Juga: Rupiah Terpuruk, Akankah BI Naikkan Suku Bunga di RDG Besok?

Dia berpendapat bahwa pelemahan rupiah belakangan ini bersifat sementara dan dipengaruhi lebih banyak oleh sentimen daripada faktor fundamental ekonomi Indonesia.

Keputusan untuk tidak mengubah BI Rate diprediksi sebagai respons terhadap kondisi inflasi yang terkendali. Teuku Riefky, peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan di LPEM FEB UI, menunjukkan bahwa inflasi umum turun menjadi 2,84% (year-on-year/yoy) pada Mei 2024, turun dari 3% pada bulan sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan permintaan pasca-perayaan Idulfitri dan stabilnya harga bahan pangan akibat musim panen yang baik.

Meskipun terdepresiasinya rupiah sebesar 2,79% (month-to-month/mtm) antara pertengahan Mei dan pertengahan Juni, BI tetap diharapkan dapat menjaga stabilitasnya dengan cadangan devisa yang meningkat pada Mei 2024. Langkah-langkah intervensi oleh BI diharapkan mampu mengurangi volatilitas nilai tukar rupiah ke depannya.

Baca Juga: Temukan Potensi Besar Ekonomi Halal di BSI International Expo 2024, Siapkah Indonesia Menjadi Pemain Utama?

Dalam perdagangan kemarin, rupiah menguat ke posisi Rp16.365 per dolar AS, menunjukkan tanda-tanda stabilisasi meskipun terdapat fluktuasi dalam beberapa waktu terakhir. Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk., Banjaran Surya Indrastomo, memperkirakan bahwa tekanan terhadap rupiah terhadap dolar AS mulai melandai setelah volatilitas tinggi pada pekan sebelumnya.

Secara keseluruhan, para analis ekonomi mengantisipasi bahwa keputusan BI untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,25% adalah langkah yang tepat mengingat kondisi saat ini yang membutuhkan stabilitas lebih lanjut dalam menghadapi tantangan eksternal dan internal yang terus berubah. Dengan demikian, RDG hari ini akan menjadi acuan penting bagi arah kebijakan moneter ke depannya.***

Editor: Budi W

Tags

Terkini

Terpopuler