Perdebatan Revitalisasi THR dan TRS, Antara Pelestarian Tradisi dan Visi Internasional

- 20 April 2024, 13:56 WIB
Serpihan kayu pembongkaran permainan anak-anak nampak tak beraturan di halaman Taman Remaja Surabaya (TRS) Jawa Timur.
Serpihan kayu pembongkaran permainan anak-anak nampak tak beraturan di halaman Taman Remaja Surabaya (TRS) Jawa Timur. /Julian

PR JATIM - Langkah transformasi kota Surabaya menuju pusat hiburan dan seni yang lebih modern telah diumumkan oleh Wali Kota Eri Cahyadi. Dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Balai Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengungkapkan rencana ambisiusnya untuk mengubah Taman Hiburan Rakyat (THR) dan Taman Remaja Surabaya (TRS) menjadi tempat konser skala internasional yang megah.

Awalnya, kawasan THR dan TRS direncanakan sebagai lokasi hiburan tradisional dengan wahana permainan yang beragam. Namun, dengan melihat minat investor yang mengalir ke kota ini, Wali Kota Eri melihat peluang untuk mengubah wajah kedua taman tersebut menjadi pusat seni yang lebih modern dan internasional.

Dalam penjelasannya, Wali Kota Eri menyatakan bahwa Surabaya belum memiliki tempat konser yang mampu menampung puluhan ribu penonton. Permintaan akan tempat konser semakin meningkat, dan mengubah kompleks THR-TRS menjadi tempat konser internasional akan memberikan jawaban atas kebutuhan tersebut.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, Potensi Penyalahgunaan Kekuasaan untuk Kepentingan Politik

Salah satu aspek yang ditekankan oleh Wali Kota Eri adalah aksesibilitas. Meskipun perubahan ini tidak berkaitan dengan biaya sewa, Wali Kota Eri berusaha menjaga agar harga tiket masuk tetap terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. Dengan menetapkan harga tiket masuk sebesar Rp25.000, ia berharap kompleks tersebut dapat diakses oleh lebih banyak orang.

Keputusan untuk mengubah konsep THR-TRS menjadi tempat konser internasional mendapat dukungan dari beberapa investor yang telah mengajukan proposal untuk mengembangkan kawasan tersebut. Budayawan terkemuka, Meimura, menambahkan bahwa perubahan ini mencerminkan pergeseran konsep dari pusat kesenian tradisional menjadi pusat konser internasional. Meskipun demikian, Meimura juga menekankan pentingnya mempertahankan jiwa dan identitas internasional Surabaya dalam proses pengembangan ini.

Namun, tidak semua pihak setuju dengan perubahan ini. Menurut Meimura, THR merupakan ruang publik yang dimiliki secara kolektif oleh masyarakat Surabaya. Dalam sebuah wawancara eksklusif, Meimura menyoroti peran THR sebagai pusat kesenian tradisional di era pemerintahan dr. Poernomo Kasidi.

Baca Juga: Bongkar Fakta Baru: Rumah di Surabaya Dirancang Khusus untuk Transaksi Sabu-sabu

Menurut Meimura, kebijakan Pemerintah Kota Surabaya pada masa itu menjadikan THR sebagai pusat kesenian tradisional dengan membangun empat gedung kesenian utama: Gedung Ludruk, Gedung Ketoprak, Gedung Wayang Orang, dan Gedung Srimulat. "Langkah ini dianggap sebagai upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya khususnya di Surabaya dan Jawa Timur secara luas" ujarnya, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 20 April 2024.

Halaman:

Editor: Budi W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x