Revitalisasi Kota Lama Surabaya: Jangan Hanya Mengejar Profit!

- 28 Juni 2024, 14:16 WIB
Kota Lama Surabaya yang menjadi daya tarik wisata sejarah
Kota Lama Surabaya yang menjadi daya tarik wisata sejarah /R Surabaya/Ali

PR JATIM - Menjelang peresmian kawasan Kota Lama Surabaya yang diharapkan menjadi destinasi wisata baru di Kota Pahlawan, sejarawan Universitas Airlangga, Dr. Sarkawi B. Husain, menyampaikan pandangannya terkait peluncuran tempat wisata bernuansa sejarah tersebut.

Dr. Sarkawi menyambut positif langkah Pemerintah Kota Surabaya untuk merevitalisasi gedung tua dan mencoba menghidupkan kembali suasana tempo dulu di sana.

"Terus terang saya senang dan menyambut positif, daripada itu menjadi mangkrak menjadi gudang, tempat yang menyeramkan, jadi lebih baik dialihfungsikan menjadi tempat yang bermanfaat, antara lain menjadi tempat wisata kota lama, dengan menjaga aspek histori supaya tidak hilang serta penataannya dibuat baik supaya tidak menyalahi aturan pengelolaan cagar budaya," ucapnya saat dijumpai di Ruang Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, Kamis 27 Juni 2024.

Baca Juga: Kota Lama Surabaya Resmi Dibuka, Sajikan Sejarah dan Hiburan Meriah

Namun, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan penting dan harus diperhatikan oleh Pemkot Surabaya. Salah satunya adalah penggunaan nama-nama jalan di Kawasan Kota Lama yang ditambahkan dengan nama jalan dari masa Kolonial Hindia-Belanda, seperti Jalan Jembatan Merah yang ditambah dengan nama Jalan Willemskade.

"Menurut saya itu terlalu berlebihan, jadi itu namanya chauvinistis dan seolah-olah menganggap masa lalu itu sesuatu yang baik luar biasa. Lebih baik ditambah saja plang yang menceritakan jalan itu, tahun sekian tempat itu misalnya jadi tempat perdagangan, mending dibuat itu seperti itu dibanding meromantisasi masa lalu," ungkapnya.

Selain itu, Dr. Sarkawi juga mengkritisi kebijakan Pemkot Surabaya dalam menata Kawasan Kota Lama berdasarkan ras seperti yang dilakukan pemerintah kolonial Hindia-Belanda, dengan membagi kawasan menjadi Zona Eropa, Zona Pecinan, dan Zona Arab. Menurutnya, pembagian ini tidak mencerminkan realitas sejarah yang kompleks.

Baca Juga: Mengungkap Sejarah Langgar Gipo: Dari Tempat Ibadah Hingga Destinasi Wisata Sejarah Kota Lama Surabaya

"Sejarah tidak boleh dilihat secara hitam putih, bahwa ada orang Melayu yang tinggal di zona Eropa juga dan menunjukkan bukti-bukti. Itu malah akan memberikan persepsi negatif kepada pengunjung kalau tidak ada penjelasan historisnya," tegasnya.

Halaman:

Editor: Budi W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah