Rupiah Terpuruk, Akankah BI Naikkan Suku Bunga di RDG Besok?

18 Juni 2024, 16:51 WIB
Ilustrasi -Grafik keuangan /Karawangpost/Foto/Pexels-Kindel Media

PR JATIM - Bank Indonesia (BI) dijadwalkan memulai rangkaian dua hari pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada tanggal 19-20 Juni 2024. Pertemuan ini berlangsung di tengah tekanan hebat terhadap nilai tukar rupiah yang mencapai level terendah sejak awal April 2020.

Menurut konsensus 19 analis yang disurvei oleh Bloomberg hingga Selasa siang (18/6/2024), median BI rate diperkirakan tetap pada 6,25%. Dengan demikian, pasar masih berekspektasi bahwa bank sentral yang dipimpin oleh Gubernur Perry Warjiyo akan menahan suku bunga acuan di level saat ini untuk bulan ketiga berturut-turut.

Dari 33 prediksi yang dihimpun, termasuk dari 19 analis tersebut, hanya dua analis yang memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6,5% dalam pertemuan RDG Juni ini.

Baca Juga: BI Peringatkan Potensi Kenaikan Inflasi Terkait Kurban Iduladha: Ini Komoditas yang Perlu Diwaspadai

Kekhawatiran terhadap prospek kebijakan fiskal pemerintahan baru di bawah presiden terpilih Prabowo Subianto, yang akan dilantik pada Oktober nanti, turut menambah tekanan pada pasar modal domestik. Para pelaku pasar memperkirakan tekanan ini belum sepenuhnya mereda saat pasar kembali dibuka esok hari.

Pada perdagangan di pasar offshore, kontrak forward (Non-Deliverable Forward/NDF) rupiah menunjukkan penguatan terbatas di kisaran Rp16.415-Rp16.426 per dolar AS. Sebelumnya, pada Jumat lalu, rupiah NDF sempat menyentuh Rp16.505 per dolar AS. Namun, pasar domestik diperkirakan akan "mengejar ketertinggalan" pelemahan pada hari Senin kemarin saat pasar regional mengalami tekanan. Pasar Amerika Serikat akan tutup pada Rabu mendatang untuk memperingati Juneteenth pada 19 Juni.

Tekanan pelemahan rupiah yang membayangi sejak pekan lalu diperkirakan belum sepenuhnya hilang esok hari. Para pelaku pasar akan cenderung berhati-hati, mengantisipasi kemungkinan kenaikan BI rate terutama jika rupiah terus melemah. Potensi tekanan rupiah diprediksi bisa mencapai kisaran Rp16.600-Rp16.750 per dolar AS jika tidak ada dorongan yang cukup kuat di pasar, menurut analisis Maybank yang dilansir oleh Bloomberg hari ini.

Baca Juga: Temukan Potensi Besar Ekonomi Halal di BSI International Expo 2024, Siapkah Indonesia Menjadi Pemain Utama?

RDG Bank Indonesia bulan ini akan mendapatkan sorotan lebih besar mengingat rupiah telah mencapai level terlemah dalam empat tahun terakhir di Rp16.412 per dolar AS pada perdagangan Jumat pekan lalu. Imbal hasil surat utang negara (SBN) Indonesia juga melesat menembus 7,200%, naik lebih dari 20 basis poin dalam sehari perdagangan pekan lalu. Selain itu, kejatuhan harga saham mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok ke level terlemah dalam delapan bulan terakhir di kisaran 6.700-an.

Dalam konteks ekonomi yang lebih luas, inflasi mencatat kenaikan sebesar 1,93% pada Mei dari 1,82% pada April. Pertumbuhan kredit perbankan juga menunjukkan peningkatan signifikan, tumbuh 13,09% pada April, tertinggi dalam lima tahun terakhir. Kredit masih melaju dengan eksperimen BI dalam memberi kelonggaran likuiditas melalui kebijakan KLM untuk sektor-sektor tertentu.

Pertemuan RDG ini diharapkan dapat memberikan arah yang lebih jelas bagi pasar di tengah ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung.***

Editor: Budi W

Tags

Terkini

Terpopuler